Minggu, 22 Juli 2012

Ramadhan di Lapas Tangerang: Ingin Taubatan Nasuha








RAMADHAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK

Pernahkah kita membayangkan menghabiskan waktu Ramadhan jauh dari orang-orang yang kita cintai? Jauh dari orang-orang yang kita kenal? Suasana yang sama sekali tidak pernah ada dalam pikiran kita? Asing. Sangat asing.

Hal itulah yang saat ini dirasakan oleh anak-anak remaja yang baru saja masuk lapas anak. Ini adalah hari kedua mereka di lapas. sampai saat ini, mata mereka belum bisa terpejam dengan sempurna.

Suara adzan yang berkumandang dari masjid di belakang lapas, membuat rasa rindu rumah semakin menghentak dada.


Beberapa anak menangis saat menceritakan penyesalan dan rasa rindu kepada rumah, orang tua, kakak dan adik.

Kesedihan yang mendalam itu, menghapus semua kegarangan yang tampak pada diri mereka. Kasus-kasus menyeramkan yang menyebabkan mereka dipenjara pun seakan sirna.

Anak-anak tahanan baru ini datang dengan berbagai macam kasus. Tertinggi adalah narkoba, perkelahian yang menyebabkan korbannya meninggal, dan perkosaan.

Hukuman mereka pun tidaklah ringan, terlama adalah enam tahun, dan yang agak ringan adalah satu tahunan.

Di balik kesalahan yang mereka lakukan, sosok-sosok belia inipun tetaplah remaja biasa. Yang masih butuh kasih sayang dan perhatian orangtua.

Kesalahan yang mereka lakukan, memang patut mendapatkan hukuman yang setimpal. Penebusan atas kesalahan yang mereka lakukan itulah yang membuat mereka mencoba menerima kenyataan ini, walaupun sangat berat.

Ramadhan bulan seribu bulan, bulan pengampunan. Itulah yang diharapkan oleh anak-anak lapas. Mereka ingin beribadah maksimal.

Baik anak-anak lapas yang baru maupun yang lama. Mereka memang menyesal, sangat menyesal. Bulan Ramadhan ini, mereka ingin bertaubat sebenar-benarnya. Berharap agar Allah mengampuni dosa-dosa yang telah mereka lakukan.
Taubatan nasuha. Itulah keinginan mereka. Hal ini betul-betul ingin mereka lakukan.

Seorang anak lapas berkata, ia ingin tahun ini bisa mengkhatamkan Al-quran sebanyak dua kali. Karena tahun lalu ia telah khatam satu kali, maka ia bertekad, tahun ini harus dua kali. Subhanallah, begitu kuat tekadnya untuk bertaubat, semoga Allah memudahkan.

Memanfaatkan Ramadhan sebagai bulan ampunan pun, dilakukan oleh anak-anak lapas lainnya. Beberapa anak menyendiri dalam satu sel tahanan. Setelah subuh, mereka akan tadarusan (begitu mereka menyebutnya).

Target untuk khatam pun, lebih dari dua kali. Dan ini mereka lakukan tanpa paksaan. Mereka lakukan itu dengan ikhlas dan hanya mengharap ridho Allah.

Tahanan lainnya, walaupun tetap menghabiskan Ramadhan dengan agenda seperti biasa, namun mereka tetap ingin memenuhi bulan Ramadhan dengan ibadah.

Ini tampak dari pertanyaan-pertanyaan mereka seputar puasa. Mereka ingin penegasan tentang batalnya puasa, mereka ingin mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang membuang waktu , bahkan ada yang meminta dibawakan buku-buku tentang Ramadhan.

Tekad mereka hanya satu. Menjadikan Ramadhan ini yang terbaik. Walau dengan suasana yang sangat jauh berbeda.

Berada di sini seperti mimpi. Setiap mata terpejam, ingin rasanya saya terbangun di dalam kamar di rumah. Tapi ini adalah kenyataan yang memang harus saya jalani, harus saya lalui. Saya menyesal. Sungguh menyesal. Saya tidak ingin kembali lagi ke sini.” 

Ramadhan bagi anak-anak lapas, betul-betul dianggap sebagai bulan penuh ampunan. Mereka berlomba-lomba meraih pahala, berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan.

Kesungguhan mereka sungguh membuat diri terasa kerdil. Begitu kuatnya tekad dan kesungguhan mereka. Dengan segala keterbatasan yang ada. Dengan hati yang selalu menangis, mereka lakukan itu untuk satu hal. Menjadikan ini Ramadhan terbaik.

Semoga kesungguhan mereka dalam menjalani puasa dan tekad mendalami Al-Quran dapat menjadi penolong bagi mereka di akhirat kelak. Seperti yang Rasulullah Saw katakan;Puasa dan Al Quran itu akan memberikan syafa’at kepada hamba di hari kiamat....” HR Ahmad & Tabrani.

Lapas adalah perjalanan menata hati. Dari rasa sombong, iri dan dengki. Mereka mungkin tidak menyadari, bahwa merekalah yang memberi pelajaran begitu besar pada orang-orang yang berkunjung. Bukan sebaliknya.(Bunda Suci,19 Juli 2012)









Lapas Anak Tangerang: Pesantren Ramadhan





SEPUTARBANTEN.COM,Tangerang-Dirjen Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Departemen Hukum dan HAM, Untung Sugiyono meresmikan kampung santri di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Pemuda Tangerang, Kamis (28/7). Selain itu juga digelar kegiatan melafazkan Asmual Husna dan doa istighosah serta tausiyah yang diikuti ribuan warga binaan (sebutan bagi narapidana,).

Kepala Lapas Pemuda Tangerang, Kunto Wiryanto mengatakan dibukanya kampung santri ini dapat dijadikan sarana peningkatan pembimbingan dan pembinaan warga binaan beragama muslim yang menghuni Lapas Pemuda Tangerang menjelang puasa agar menjadi manusia seutuhnya.
”Ini upaya kami agar narapidana bisa berbuat baik dan bisa mengenyam tausiyah agama sebagai refleksi kebaikan mereka,” terang Kunto didampingi Kepala Kanwil Kemenhuk dan HAM Banten, Imam Santoso kepada INDOPOS.
Kunto juga mengatakan, selain membuka kampung santri, pihaknya juga sengaja mengadakan kegiatan ini agar warga binaan itu bisa memahami nilai-nilai ketuhanan dan mengamalkannya selama dan setelah keluar  nanti
Sedangan, Kepala Seksi Pembinaan Narapidana, Lapas Pemuda Tangerang, Tetra D Imantoro mengatakan penghuni penjara khusus pemuda itu berjumlah 1.940 napi dan tahanan. Dari jumlah itu 1.700 penganut muslim. Namun yang menjadi santri hanya 317 orang. ”Yang masuk ke kampung santri ini warga binaanya yang telah lolos seleksi dan mau mengikuti aturan yang telah ditentukan,” terang Tetra.
Sementara itu, Junaedi, salah satu warga binaan di LP Pemuda mengatakan, tausiyah yang diberikan Ustad Abu Hanifah sedikit banyak memberikan pencerahan kepadanya untuk berbuat lebih baik. Namun, dia juga tidak menjamin dirinya akan menjadi baik kecuali setelah keluar nanti ada jaminan pekerjaan yang bisa digelutinya. ”Saya dipenjara karena mencuri untuk makan,” terangnya. (jpnn/sb)